news
MAGELANG, 15 November 2014. Dalam rangka memperingati santo Pelindung Yayasan Tarakanita, Santo Carolus Borromeus, SMP Tarakanita menyelenggarakan kegiatan yang cukup unik. Kegiatan ini bertajuk “Sekolah Hijau”. Siswa dan guru berbusana batik, Misa Pemberkatan benih, tanah, pupuk dan peralatan menanam di Gereja St. Ignatius Magelang, Arak-arakan dengan musik perkusi dari alat-alat pertanian, Pesta makanan kecil, dan menanam benih aneka sayuran. Sekolah Hijau...Yesssss...!!!
Oleh : Ignatius Hariyadi, S.Pd
”...telah ku berikan seluruh cinta dan hidupku untuk sesama…tak bersisa…bahkan untuk hidupku sendiri…semua ini untuk Kemuliaan Tuhan…Kini menjadi tugas perutusanmu, untuk mengabdi pada Tuhan lewat sesama yang membutuhkan….”
Memandang Dunia dengan Mata Illahi, demikian tema rekoleksi karyawan SMP Tarakanita Magelang yang dipandu oleh Romo Patricius Hartono, Pr dari Paroki St. Thomas Rasul Bedono. Rekoleksi yang diselenggarakan pada tanggal 17 – 18 Oktober 2014 di Wisma Pangesti Wening Ambarawa ini diikuti seluruh karyawan edukatif dan nonedukatif SMP Tarakanita Magelang yang berjumlah 31 orang. Dalam sambutan pembukaannya, Sr. Irenea, CB menyampaikan ajakannya agar para karyawan mau keluar dari rutinitas kesehariannya untuk semakin menyadari akan visi dan misi pendidikan di Tarakanita sehingga akan membawa kesegaran baru dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah.
Pangeran Diponegoro merupakan putra sulung Raden Ayu Mangkorowati (Putri Bupati Pacitan), selir dari Sri Sultan Hamengku Buwono III yang lahir di Kraton Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785. Meskipun putra seorang raja, beliau lebih memilih tinggal di luar istana demi untuk mendekatkan diri kepada rakyat dan menekuni pelajaran agama.
Semangat juang yang dimiliki Pangeran Diponegoro memang sudah terbentuk semenjak kecil, beliau tidak bermanja-manja kepada ayahandanya yang seorang raja. Karakter yang dimiliki sebagai pribadi yang berakhlak mulia, jujur dan adil menjadi pondasi perjuangannya dalam mengusir penjajah. Maka tidak mengherankan jika selama perlawanan dari 1825 – 1830, Belanda harus mengeluarkan biaya perang yang sangat besar yaitu sebesar 20 juta gulden.